Curhat dari Sang Bikers "Biasa"
Halaman 1 dari 1
Curhat dari Sang Bikers "Biasa"
Curhat dari Sang Bikers "Biasa"
Turing memang mengasyikkan. Ramai ramai berkonvoi bersama rekan rekan satu club/komunitas, memacu motor di lintasan panjang luar kota yang memacu adrenalin membuat hujan dan panas jadi tak terasa. Ketika berkonvoi, rasanya memang gagah sekali dan membuat kita lebih "berani" terhadap kendaraan lain yang menghalangi laju konvoi.
Tapi, seringkali kita tak sadar bahwa pengguna jalan bukan hanya konvoi motor kita, namun ada kendaraan lain termasuk bikers bikers "biasa" yang kita lewati dan merasa tertekan dengan tingkah kita di jalan. Berikut curahan hati dari sang bikers "biasa" yang dikirimkan melalui e-mail ke redaksi. Semoga bisa menjadi introspeksi bagi kita semua :
Salam. Dari Yogyakarta saya ingin sedikit berbagi cerita dengan rekans riders semua.
Sebuah komunitas dapat memberikan sebuah lingkungan sosial yang baik dan saling mendukung. Demikian juga dengan komunitas pengendara Tiger disini. Saya tahu bagaimana persaudaraan terjalin dengan kuat dalam sebuah komunitas, karena saya juga pernah bergabung dengan komunitas yang kurang lebih sama.
Namun dalam prakteknya ada beberapa hal-hal yang kurang mengenakkan muncul disitu. Karena kuatnya pengaruh dari komunitas sehingga anggota komunitas atau oknum (saya yakin pasti oknum) yang bertindak arogan.
Peristiwa ini sebenarnya terjadi sudah hampir setahun yang lalu, dan kekecewaan saya sudah mereda. Tapi ketika ada peristiwa yang kurang lebih serupa, sehingga mendorong saya untuk berbagi kesan dan pesan kepada rekans riders yang lain.
Sewaktu saya pulang dari Yogya ke Boyolali dengan menaiki motor Honda Prima, di daerah Klaten saya mencoba mendahului sebuah mobil dengan kecepatan maksimal yang bisa dicapai dengan Honda Prima tahun 90. Pada saat posisi saya tepat di sebelah kanan mobil, pas ditengah-tengah, dari belakang terdengan klakson (atau sirine, saya lupa).
Saya berusaha mempercepat motor, tetapi karena mobil tersebut tidak lambat dan kecepatan maksimal motor saya juga tidak seberapa tentu membutuhkan waktu beberapa saat. Sesaat setelah berhasil mendahului mobil, saya masih di sisi kanan jalan untuk mengambil jarak aman dari mobil baru kemudian masuk ke kiri. Tetapi nampaknya SIRINE yang dibelakang saya tersebut tidak terima saya berada di jalurnya (karena saya tidak lebih cepat dari belakang saya), akhirnya setelah di beri suara sirine yang cukup banyak akhirnya saya masuk ke kiri (itu juga bukan karena sirine, tetapi karena memang saya mesti ke kiri (karena di kanan hanya untuk mendahului mobil).
Kemudian muncullah barisan mas-mas gagah mengendarai motor-motor gede dengan aksesoris lengkap. Saya sebenarnya sudah cukup jengkel mendapat hadiah bunyi sirine yang bertubi-tubi. Tetapi ternyata tidak hanya itu, salah satu (atau beberapa rider...saya lupa), mereka menoleh ke arah saya dalam waktu yang lama, seolah-olah marah (dari bahasa tubuhnya mereka ada indikasi ga terima). Jika saat itu saya berhenti dan buka helm, bisa saja mereka juga berhenti untuk berkelahi dengan saya (mungkin). Nampak sekali kemarahan mereka seperti orang terburu-buru yang dihalangi jalannya.
Saya sebenarnya sangat marah. Saya merasa tidak salah, karena gimanapun juga tidakan saya benar dalam kondisi seperti itu. Jika ketika saya mendahului mobil, mereka di belakang saya (saya tahu motor saya tidak cepat), bersabarlah sedikit.
Terlepas dari hal tersebut, saya melihat adanya arogansi dari anggota komunitas di jalan ketika mereka berkonvoi dengan komunitasnya. Terus terang sebagai pengguna jalan saya terganggu. Hal tersebut ternyata terulang lagi pada lain waktu oleh komunitas motor yang lain, tetapi sama saja. Sikap arogannya masih terlihat di jalan. Kalau orang Jawa bilang "Lha opo iki dalan'e mbahmu!"
Tolong sampaikan kekecewaan saya ini kepada riders komunitas Honda Tiger Solo. Semoga mereka semakin hari semakin santun dan masyarakat menjadi lebih simpatik.
Kepada rekan-rekan riders yang lain, berkendaralah dengan santun, orang lebih suka melihat orang-orang yang konvoi dengan santun dan tetap mentaati aturan lalu lintas. Saya yakin pemimpin sudah mengingatkan angotanya, tapi kesadaran dari dalam dirilah yang menjadi kuncinya.
Semoga bisa menjadi cermin buat kita semua
Didit Kurniawan
Rider Without Community
Yogyakarta
Di Copy dari www.honda-tiger.or.id
Similar topics
» 46 Bikers Club (46BC)
» "Jaga Tujuh Sunnah Nabi!"
» Curahan Hati Seorang Istri Bikers
» "Jangan benci aku, mama...!!!"
» Undangan buat CTC dari BATRIDERS
» "Jaga Tujuh Sunnah Nabi!"
» Curahan Hati Seorang Istri Bikers
» "Jangan benci aku, mama...!!!"
» Undangan buat CTC dari BATRIDERS
Halaman 1 dari 1
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik